Lembur adalah bekerja di luar jam kerja normal. Biasanya karena target deadline, tugas yang belum kelar, atau ada permintaan mendadak dari atasan. Sering kali, situasi ini datang tanpa aba-aba, terutama di industri yang ritmenya cepat dan dinamis. Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba aja harus stay lebih lama di kantor. Saat sebagian karyawan udah leyeh-leyeh di rumah, yang lembur masih sibuk di depan layar atau di tempat kerja. Waktu istirahat kepotong, tenaga terkuras, bahkan kesehatan bisa kena dampaknya. Makanya, lembur bukan cuma soal kerja ekstra, tapi juga soal menghargai usaha dengan kompensasi yang layak. Bagi perusahaan, membayar upah lembur itu bukan pilihan, tapi kewajiban. Pastinya, hitungannya juga nggak boleh sembarangan. Kalau sampai salah, bisa bikin rugi, baik untuk perusahaan maupun karyawan. Biar semuanya adil dan nggak ada yang dirugikan, penting banget buat paham gimana cara menghitung upah lembur karyawan yang benar. Dasar Hukum Upah Lembur Aturan mengenai upah lembur nggak bisa asal-asalan, semuanya sudah diatur dalam regulasi resmi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 yang merupakan turunan dari UU Cipta Kerja, jam kerja karyawan umumnya selama 7 jam per hari di 6 hari kerja atau 8 jam per hari di 5 hari kerja (total 40 jam per minggu). Kalau kerja lebih dari 40 jam per minggu, maka udah masuk kategori lembur. Tapi, ada beberapa sektor yang punya aturan khusus ya. Berdasarkan regulasi tersebut, ada batasan maksimal lembur yang harus dipatuhi: Maksimal 4 jam per hari dan 18 jam per minggu. Harus ada kesepakatan tertulis antara karyawan dan perusahaan. Perusahaan wajib membayar upah lembur sesuai ketentuan. Rumus Perhitungan Upah Lembur Karyawan Hitung upah lembur per jam Upah lembur per jam: (1/173) x upah bulanan *Asumsi upah bulanan termasuk gaji pokok dan tunjangan tetap Lembur di hari kerja biasa: Jam pertama: 1,5 x upah lembur per jam Jam kedua dan seterusnya: 2 x upah lembur per jam Lembur di hari libur nasional atau akhir pekan: Untuk perusahaan 5 hari kerja dalam seminggu: 8 jam pertama: 2 x upah lembur per jam Jam ke 9: 3 x upah lembur per jam Jam ke 10 – seterusnya: 4 x upah lembur per jam Untuk perusahaan 6 hari kerja dalam seminggu: 7 jam pertama: 2 x upah lembur per jam Jam ke 8: 3 x upah lembur per jam Jam ke 9 – seterusnya: 4 x upah lembur per jam Contoh Perhitungan Upah Lembur Karyawan Sesuai Peraturan Pemerintah Misalnya ada karyawan dengan gaji Rp4.000.000 per bulan yang lembur di hari kerja selama 3 jam. Kalau dihitung menggunakan rumus di atas, hal pertama yang harus dilakukan yaitu menghitung jumlah upah lembur per jam: Upah lembur per jam = (1/173) x Rp4.000.000 = Rp23.121 per jam Kemudian menghitung upah lembur berdasarkan durasinya: Jam ke 1: 1,5 x Rp23.121=Rp34.681,5 Jam ke 2: 2 x Rp23.121=Rp46.242 Jam ke 3: 2 x Rp23.121=Rp46.242 Sehingga total upah lembur yang harus diberikan kepada karyawan adalah Rp34.681,5+ Rp46.242+ Rp46.242=127.165,5 Kesalahan yang Sering Terjadi Saat Perhitungan Upah Lembur Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi waktu hitung lembur: Hitungan upah per jam tidak sesuai aturan Tidak memperhatikan batas maksimal lembur Catatan jam lembur yang berantakan atau kurang akurat Salah membedakan antara tarif lembur hari biasa dan hari libur Solusi Agar Perhitungan Upah Lembur Lebih Mudah dengan Ngabsen.id Menghitung upah lembur karyawan sesuai dengan regulasi ketenagakerjaan bisa jadi lebih praktis jika dibantu dengan aplikasi HRIS seperti Ngabsen.id. Dengan sistem pencatatan jam kerja otomatis, prosesnya jadi lebih efisien tanpa perlu repot mengecek secara manual. Cukup sekali tap, data langsung tersimpan, perhitungan lembur lebih akurat, dan risiko salah bayar bisa dihindari. Kalau sistem pencatatannya rapi, upah lembur dihitung dengan fair, semua jadi lebih nyaman. Karyawan merasa nggak dirugikan, administrasi juga lebih gampang. Win-win solution deh Pakai Aplikasi Ngabsen.id Kelola karyawan lebih mudah dan efisien bersama Ngabsen.id Daftar Sekarang Demo Gratis Link Facebook Instagram Tiktok
Apakah Denda Terlambat Masuk Kerja Efektif Meningkatkan Disiplin Karyawan?
Pernah gak sih, duduk di meja kerja sambil lihat laporan absensi karyawan yang, yah… lagi-lagi ada yang terlambat masuk kerja? Sebagai HR atau owner bisnis, ini pasti jadi tantangan harian. Di satu sisi, aturan tetap aturan. Kalau terlambat, ya pasti ada konsekuensinya. Tapi di sisi lain, kita tahu gak semua keterlambatan itu soal malas. Kadang, ada cerita di baliknya. Sebut saja Lia. Dari data absensi bulan ini, Lia sering terlambat di hari Senin. Lalu ada juga Heri, yang telat karena harus mengantar anaknya dulu ke sekolah. Di balik setiap keterlambatan, ada beberapa alasan yang mungkin belum kita pahami sepenuhnya. Sebagai HR atau pemilik bisnis, tentu kita gak mau cuma jadi “polisi” yang sibuk menghitung denda, kan? (ya kecuali kalau sudah pakai sistem otomasi perhitungan denda seperti Ngabsen.id). Tapi ingat, yang kita cari disini adalah solusi, bukan hanya sekadar hukuman. Kenapa Perusahaan Memberlakukan Denda Keterlambatan? Prinsipnya sederhana: biar karyawan lebih disiplin. Kalau terlambat kerja bisa mengurangi pendapatan, harapannya mereka lebih berusaha datang tepat waktu. Tapi, tunggu dulu. Apakah semua orang merespons denda ini dengan cara yang sama? Disiplin atau Sekadar Takut Didenda? Beberapa orang mungkin jadi lebih disiplin setelah terkena denda sekali dua kali. Mereka jadi bangun lebih pagi, cari rute jalan tercepat, dan memastikan hadir tepat waktu. Tapi ada juga karyawan yang “ya sudah.” Mereka paham ada denda, tapi tetap saja sering terlambat. Kenapa? Karena masalah disiplin itu gak selalu soal denda. Ada faktor lain seperti kelelahan, jarak rumah ke kantor, atau bahkan kurangnya motivasi kerja. Denda, kalau diterapkan tanpa pendekatan lain, sering kali hanya menimbulkan rasa takut tanpa benar-benar memperbaiki pola kerja. Lalu, Apa Solusinya untuk Mengatasi Karyawan yang Sering Terlambat Masuk Kerja? Denda mungkin efektif untuk jangka pendek, tapi untuk jangka panjang? Perusahaan perlu strategi yang lebih personal dan manusiawi. Contohnya: Komunikasi yang Terbuka: Pahami alasan karyawan sering terlambat. Apakah karena transportasi? atau ada masalah lain yang perlu didukung oleh perusahaan. Misalnya Lia, yang sering terlambat di hari Senin. Kita bisa langsung diskusi tanpa kesan menghakimi. “Saya lihat kamu sering terlambat hari Senin. Ada yang bisa kita bantu?”. Sistem Reward dan Punishment: Selain memberi denda, kenapa gak coba memberikan reward bagi karyawan yang konsisten datang tepat waktu? Hal sederhana seperti ucapan “terima kasih” atau penghargaan kecil bisa bikin mereka lebih semangat. Penggunaan Teknologi: Memantau kehadiran karyawan secara transparan bisa jadi langkah awal untuk menciptakan budaya disiplin tanpa harus terus-menerus mengandalkan hukuman. Di sinilah teknologi masuk untuk mempermudah kita. Misalnya, aplikasi seperti Ngabsen.id. Aplikasi ini bukan sekadar alat untuk mencatat siapa yang datang dan terlambat. Aplikasi ini memberi kita gambaran yang lebih lengkap tentang pola kehadiran karyawan yang dapat membantu perusahaan untuk memilih pendekatan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan—baik dengan atau tanpa adanya denda. Kesimpulan: Disiplin Itu Bukan Sekadar Denda Denda keterlambatan mungkin bisa jadi “tamparan” awal buat karyawan yang sering datang terlambat. Tapi untuk benar-benar membangun budaya disiplin, perusahaan perlu pendekatan yang lebih menyeluruh. Dengan teknologi seperti Ngabsen.id perusahaan dapat menerapkan denda dengan cara pendekatan yang lebih manusiawi dan tentunya lebih praktis. Melalui data yang tersedia, perusahaan bisa lebih mudah memahami pola keterlambatan dan mencari solusi bersama karyawan. Pada akhirnya, karyawan yang merasa didukung akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik, menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, dan membuat semuanya lebih berjalan dengan lancar. Bagaimana menurut kamu? Apakah denda keterlambatan masih relevan, atau teknologi dan pendekatan manusiawi seperti ini yang lebih efektif? 😊 Pakai Aplikasi Ngabsen.id Kelola karyawan lebih mudah dan efisien bersama Ngabsen.id Daftar Sekarang Demo Gratis Link Facebook Instagram Tiktok
Karakter Karyawan UMKM Yang Ideal: Membangun Kekuatan Tim yang Solid
Karakter karyawan UMKM yang ideal tidak hanya memiliki kemampuan teknis, tapi juga memiliki karakter yang mendukung budaya kerja dan nilai-nilai yang dianut oleh UMKM tersebut.
Panduan Lengkap Membangun Tim yang Kuat dan Berkinerja Tinggi Di UMKM
Membangun Tim Kuat Untuk UMKM Memerlukan Konsentrasi Khusus, Simak Ulasanya Di Sini
5 Manfaat Slip Gaji Yang Jarang Diketahui
Slip gaji mempunyai manfaat untuk karyawan, simak postingan kami di bawah ini.
Pentingnya Tim Personalia Menggunakan Sistem Informasi HR Walaupun Karyawan Hanya 10 Orang
Artikel ini akan membahas mengapa pentingnya tim personalia menggunakan sistem informasi HR, bahkan ketika jumlah karyawan dalam perusahaan hanya 10 orang.
Manfaat AI Untuk Kegiatan HRD : Jadi Lebih Cerdas
Manfaat AI dalam pengelolaan SDM, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kepuasan karyawan, serta membuat keputusan yang lebih baik
Pay Roll Adalah : Pengertian dan Manfaat Cerdas Untuk UMKM
Sistem penggajian atau Pay Roll adalah suatu proses atau sistem yang digunakan untuk hitung gaji karyawan
5 Manfaat Sistem Payroll Untuk Kelola Bisnis Dengan Cerdas
Sistem payroll akan mempermudah proses penggajian karyawan mulai dari perhitungan hingga pemberian payslip
Hitung Gaji Karyawan Umkm Dengan 5 Tahapan Cerdas
Tahapan yang perlu dilalui saat hitung gaji karyawan umkm yang bisa selesai otomatis dengan ngabsen.id