Memasuki tahun 2025, teknologi HR bukan lagi sekadar pelengkap urusan admin. Sekarang perannya sudah naik level menjadi kebutuhan strategis. Bisnis mulai melihat HR sebagai mitra dalam kebijakan hybrid work, kesehatan mental karyawan, bahkan sampai urusan keberagaman dan inklusi. Karena orang-orang makin melek digital, HR juga dituntut buat terus upgrade diri dan ikut naik level dengan bantuan teknologi HR yang makin canggih. Dulu sempat skeptis. Apa iya teknologi bisa menggantikan insting dan empati dalam mengelola manusia? Tapi ternyata, bukan soal menggantikan. Justru teknologi HR memberi ruang lebih luas untuk fokus ke hal-hal yang butuh sentuhan manusia—seperti mendengarkan keluhan karyawan, membaca tanda-tanda burnout, atau merancang budaya kerja yang sehat. Sisanya? Diserahkan ke sistem yang bekerja 24/7 tanpa lelah. AI dalam Rekrutmen & Talent Analytics Salah satu adaptasi wajib dalam teknologi HR adalah memanfaatkan AI untuk rekrutmen dan analisis talenta. Teknologi ini membantu menyaring CV secara otomatis, mengurangi penilaian yang hanya berdasarkan feeling, hingga memprediksi karyawan yang berisiko resign. Dengan data ini, HR bisa menentukan strategi onboarding dan retention yang lebih tepat. HRIS: sebagai Fondasi Teknologi HR Terintegrasi Mengoptimalkan HRIS jadi langkah penting. Sistem ini menggabungkan absensi, payroll, cuti, dan data performance dalam satu platform. HRIS adalah contoh nyata dari implementasi teknologi HR yang bisa mengurangi risiko salah input atau kerja dua kali karena sistem saling terintegrasi. Dari data yang terkumpul, HR bisa lihat pola—misalnya divisi mana yang sering lembur, atau cabang mana yang turnover-nya tinggi. Hal-hal kayak gini yang akhirnya bantu HR bikin keputusan yang lebih tepat buat jangka panjang. Absensi Online yang Fleksibilitas dan Akurat Sistem absensi online kini semakin cerdas: selfie verification, anti-fake GPS, otomatis shift dan lembur, semua menyatu dalam satu platform HRIS. Dengan data real time, tim HR bisa pantau produktivitas dan efisiensi tanpa harus ngecek satu-satu atau jaga pintu kantor tiap pagi. Employee Experience Berdasarkan Data Employee experience juga jadi salah satu fokus utama dalam penerapan teknologi HR. HR perlu rutin mengumpulkan feedback dari berbagai arah, cek kondisi tim lewat survey singkat, dan pantau data dari dashboard. Dari situ bisa kelihatan bagaimana budaya kerja terbentuk, seberapa terlibat karyawan, dan apakah mereka masih nyaman atau mulai jenuh. Data inilah yang bantu HR bikin keputusan dan kebijakan yang lebih tepat sasaran. Upskilling, Reskilling & Pembelajaran Digital Digitalisasi HR berarti HR juga harus bisa ngajak tim buat terus berkembang. Bukan cuma urus administrasi, tapi juga bantu semua orang di kantor agar makin paham teknologi. Di sinilah teknologi HR berperan penting: mulai dari cara pakai tools baru, belajar tentang AI, sampai ikut pelatihan online yang sesuai kebutuhan kerja. Tujuannya supaya karyawan tetap relevan di era otomatisasi. HR Hybrid: Sinergi Automasi & Empati Teknologi HR memang mengurangi beban administrasi, tapi insting manusia seperti empati, komunikasi, dan cara menangani konflik, tetap butuh sentuhan manusia. Teknologi cuma jembatan dan tidak menghilangkan esensi HR. Kolaborasi antara manusia dan teknologi inilah definisi HR hybrid yang ideal di 2025: cepat tapi tetap manusiawi. Solusi Praktis: ngabsen.id untuk Absensi & HRIS Di antara berbagai tools, solusi lokal seperti ngabsen.id layak dipertimbangkan. Platform ini menawarkan absensi online berbasis selfie dan GPS tracking, kelola cuti, lembur, shift kerja, hingga payroll dan slip gaji—semua bisa diakses dalam satu aplikasi mobile yang simpel. Cocok untuk bisnis yang ingin mengadopsi teknologi HR tanpa kerumitan IT. Kini tersedia free trial 30 hari agar HR bisa merasakan langsung manfaatnya dalam strategi talent management modern😊 Pakai Aplikasi Ngabsen.id Kelola karyawan lebih mudah dan efisien bersama Ngabsen.id Daftar Sekarang Demo Gratis Link Facebook Instagram Tiktok
Menghitung Upah Lembur Karyawan Sesuai Peraturan Pemerintah: Panduan Ringkas
Lembur adalah bekerja di luar jam kerja normal. Biasanya karena target deadline, tugas yang belum kelar, atau ada permintaan mendadak dari atasan. Sering kali, situasi ini datang tanpa aba-aba, terutama di industri yang ritmenya cepat dan dinamis. Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba aja harus stay lebih lama di kantor. Saat sebagian karyawan udah leyeh-leyeh di rumah, yang lembur masih sibuk di depan layar atau di tempat kerja. Waktu istirahat kepotong, tenaga terkuras, bahkan kesehatan bisa kena dampaknya. Makanya, lembur bukan cuma soal kerja ekstra, tapi juga soal menghargai usaha dengan kompensasi yang layak. Bagi perusahaan, membayar upah lembur itu bukan pilihan, tapi kewajiban. Pastinya, hitungannya juga nggak boleh sembarangan. Kalau sampai salah, bisa bikin rugi, baik untuk perusahaan maupun karyawan. Biar semuanya adil dan nggak ada yang dirugikan, penting banget buat paham gimana cara menghitung upah lembur karyawan yang benar. Dasar Hukum Upah Lembur Aturan mengenai upah lembur nggak bisa asal-asalan, semuanya sudah diatur dalam regulasi resmi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 yang merupakan turunan dari UU Cipta Kerja, jam kerja karyawan umumnya selama 7 jam per hari di 6 hari kerja atau 8 jam per hari di 5 hari kerja (total 40 jam per minggu). Kalau kerja lebih dari 40 jam per minggu, maka udah masuk kategori lembur. Tapi, ada beberapa sektor yang punya aturan khusus ya. Berdasarkan regulasi tersebut, ada batasan maksimal lembur yang harus dipatuhi: Maksimal 4 jam per hari dan 18 jam per minggu. Harus ada kesepakatan tertulis antara karyawan dan perusahaan. Perusahaan wajib membayar upah lembur sesuai ketentuan. Rumus Perhitungan Upah Lembur Karyawan Hitung upah lembur per jam Upah lembur per jam: (1/173) x upah bulanan *Asumsi upah bulanan termasuk gaji pokok dan tunjangan tetap Lembur di hari kerja biasa: Jam pertama: 1,5 x upah lembur per jam Jam kedua dan seterusnya: 2 x upah lembur per jam Lembur di hari libur nasional atau akhir pekan: Untuk perusahaan 5 hari kerja dalam seminggu: 8 jam pertama: 2 x upah lembur per jam Jam ke 9: 3 x upah lembur per jam Jam ke 10 – seterusnya: 4 x upah lembur per jam Untuk perusahaan 6 hari kerja dalam seminggu: 7 jam pertama: 2 x upah lembur per jam Jam ke 8: 3 x upah lembur per jam Jam ke 9 – seterusnya: 4 x upah lembur per jam Contoh Perhitungan Upah Lembur Karyawan Sesuai Peraturan Pemerintah Misalnya ada karyawan dengan gaji Rp4.000.000 per bulan yang lembur di hari kerja selama 3 jam. Kalau dihitung menggunakan rumus di atas, hal pertama yang harus dilakukan yaitu menghitung jumlah upah lembur per jam: Upah lembur per jam = (1/173) x Rp4.000.000 = Rp23.121 per jam Kemudian menghitung upah lembur berdasarkan durasinya: Jam ke 1: 1,5 x Rp23.121=Rp34.681,5 Jam ke 2: 2 x Rp23.121=Rp46.242 Jam ke 3: 2 x Rp23.121=Rp46.242 Sehingga total upah lembur yang harus diberikan kepada karyawan adalah Rp34.681,5+ Rp46.242+ Rp46.242=127.165,5 Kesalahan yang Sering Terjadi Saat Perhitungan Upah Lembur Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi waktu hitung lembur: Hitungan upah per jam tidak sesuai aturan Tidak memperhatikan batas maksimal lembur Catatan jam lembur yang berantakan atau kurang akurat Salah membedakan antara tarif lembur hari biasa dan hari libur Solusi Agar Perhitungan Upah Lembur Lebih Mudah dengan Ngabsen.id Menghitung upah lembur karyawan sesuai dengan regulasi ketenagakerjaan bisa jadi lebih praktis jika dibantu dengan aplikasi HRIS seperti Ngabsen.id. Dengan sistem pencatatan jam kerja otomatis, prosesnya jadi lebih efisien tanpa perlu repot mengecek secara manual. Cukup sekali tap, data langsung tersimpan, perhitungan lembur lebih akurat, dan risiko salah bayar bisa dihindari. Kalau sistem pencatatannya rapi, upah lembur dihitung dengan fair, semua jadi lebih nyaman. Karyawan merasa nggak dirugikan, administrasi juga lebih gampang. Win-win solution deh Pakai Aplikasi Ngabsen.id Kelola karyawan lebih mudah dan efisien bersama Ngabsen.id Daftar Sekarang Demo Gratis Link Facebook Instagram Tiktok
Apakah Denda Terlambat Masuk Kerja Efektif Meningkatkan Disiplin Karyawan?
Pernah gak sih, duduk di meja kerja sambil lihat laporan absensi karyawan yang, yah… lagi-lagi ada yang terlambat masuk kerja? Sebagai HR atau owner bisnis, ini pasti jadi tantangan harian. Di satu sisi, aturan tetap aturan. Kalau terlambat, ya pasti ada konsekuensinya. Tapi di sisi lain, kita tahu gak semua keterlambatan itu soal malas. Kadang, ada cerita di baliknya. Sebut saja Lia. Dari data absensi bulan ini, Lia sering terlambat di hari Senin. Lalu ada juga Heri, yang telat karena harus mengantar anaknya dulu ke sekolah. Di balik setiap keterlambatan, ada beberapa alasan yang mungkin belum kita pahami sepenuhnya. Sebagai HR atau pemilik bisnis, tentu kita gak mau cuma jadi “polisi” yang sibuk menghitung denda, kan? (ya kecuali kalau sudah pakai sistem otomasi perhitungan denda seperti Ngabsen.id). Tapi ingat, yang kita cari disini adalah solusi, bukan hanya sekadar hukuman. Kenapa Perusahaan Memberlakukan Denda Keterlambatan? Prinsipnya sederhana: biar karyawan lebih disiplin. Kalau terlambat kerja bisa mengurangi pendapatan, harapannya mereka lebih berusaha datang tepat waktu. Tapi, tunggu dulu. Apakah semua orang merespons denda ini dengan cara yang sama? Disiplin atau Sekadar Takut Didenda? Beberapa orang mungkin jadi lebih disiplin setelah terkena denda sekali dua kali. Mereka jadi bangun lebih pagi, cari rute jalan tercepat, dan memastikan hadir tepat waktu. Tapi ada juga karyawan yang “ya sudah.” Mereka paham ada denda, tapi tetap saja sering terlambat. Kenapa? Karena masalah disiplin itu gak selalu soal denda. Ada faktor lain seperti kelelahan, jarak rumah ke kantor, atau bahkan kurangnya motivasi kerja. Denda, kalau diterapkan tanpa pendekatan lain, sering kali hanya menimbulkan rasa takut tanpa benar-benar memperbaiki pola kerja. Lalu, Apa Solusinya untuk Mengatasi Karyawan yang Sering Terlambat Masuk Kerja? Denda mungkin efektif untuk jangka pendek, tapi untuk jangka panjang? Perusahaan perlu strategi yang lebih personal dan manusiawi. Contohnya: Komunikasi yang Terbuka: Pahami alasan karyawan sering terlambat. Apakah karena transportasi? atau ada masalah lain yang perlu didukung oleh perusahaan. Misalnya Lia, yang sering terlambat di hari Senin. Kita bisa langsung diskusi tanpa kesan menghakimi. “Saya lihat kamu sering terlambat hari Senin. Ada yang bisa kita bantu?”. Sistem Reward dan Punishment: Selain memberi denda, kenapa gak coba memberikan reward bagi karyawan yang konsisten datang tepat waktu? Hal sederhana seperti ucapan “terima kasih” atau penghargaan kecil bisa bikin mereka lebih semangat. Penggunaan Teknologi: Memantau kehadiran karyawan secara transparan bisa jadi langkah awal untuk menciptakan budaya disiplin tanpa harus terus-menerus mengandalkan hukuman. Di sinilah teknologi masuk untuk mempermudah kita. Misalnya, aplikasi seperti Ngabsen.id. Aplikasi ini bukan sekadar alat untuk mencatat siapa yang datang dan terlambat. Aplikasi ini memberi kita gambaran yang lebih lengkap tentang pola kehadiran karyawan yang dapat membantu perusahaan untuk memilih pendekatan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan—baik dengan atau tanpa adanya denda. Kesimpulan: Disiplin Itu Bukan Sekadar Denda Denda keterlambatan mungkin bisa jadi “tamparan” awal buat karyawan yang sering datang terlambat. Tapi untuk benar-benar membangun budaya disiplin, perusahaan perlu pendekatan yang lebih menyeluruh. Dengan teknologi seperti Ngabsen.id perusahaan dapat menerapkan denda dengan cara pendekatan yang lebih manusiawi dan tentunya lebih praktis. Melalui data yang tersedia, perusahaan bisa lebih mudah memahami pola keterlambatan dan mencari solusi bersama karyawan. Pada akhirnya, karyawan yang merasa didukung akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik, menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, dan membuat semuanya lebih berjalan dengan lancar. Bagaimana menurut kamu? Apakah denda keterlambatan masih relevan, atau teknologi dan pendekatan manusiawi seperti ini yang lebih efektif? 😊 Pakai Aplikasi Ngabsen.id Kelola karyawan lebih mudah dan efisien bersama Ngabsen.id Daftar Sekarang Demo Gratis Link Facebook Instagram Tiktok
Karakter Karyawan UMKM Yang Ideal: Membangun Kekuatan Tim yang Solid
Karakter karyawan UMKM yang ideal tidak hanya memiliki kemampuan teknis, tapi juga memiliki karakter yang mendukung budaya kerja dan nilai-nilai yang dianut oleh UMKM tersebut.
Panduan Lengkap Membangun Tim yang Kuat dan Berkinerja Tinggi Di UMKM
Membangun Tim Kuat Untuk UMKM Memerlukan Konsentrasi Khusus, Simak Ulasanya Di Sini
5 Manfaat Slip Gaji Yang Jarang Diketahui
Slip gaji mempunyai manfaat untuk karyawan, simak postingan kami di bawah ini.
Pentingnya Tim Personalia Menggunakan Sistem Informasi HR Walaupun Karyawan Hanya 10 Orang
Artikel ini akan membahas mengapa pentingnya tim personalia menggunakan sistem informasi HR, bahkan ketika jumlah karyawan dalam perusahaan hanya 10 orang.
Manfaat AI Untuk Kegiatan HRD : Jadi Lebih Cerdas
Manfaat AI dalam pengelolaan SDM, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kepuasan karyawan, serta membuat keputusan yang lebih baik
Pay Roll Adalah : Pengertian dan Manfaat Cerdas Untuk UMKM
Sistem penggajian atau Pay Roll adalah suatu proses atau sistem yang digunakan untuk hitung gaji karyawan
5 Manfaat Sistem Payroll Untuk Kelola Bisnis Dengan Cerdas
Sistem payroll akan mempermudah proses penggajian karyawan mulai dari perhitungan hingga pemberian payslip